Selasa, 12 Juli 2011

Si Sigarlaki dan Si Limbat

Pada jaman dahulu di Tondano, hiduplah seorang pemburu perkasa yang bernama Sigarlaki. Tubuhnya tinggi, tegap. Kulitnya putih, rambut hitam, ikal. Wajahnya kelihatan galak, tetapi matanya ramah. Ia sangat terkenal dengan keahliannya menombak. Nyata dari bahunya yang bidang dan otot lengannya yang sangat menonjol, karena sering dilatih. Tidak satupun sasaran yang luput dari tombakannya. Bidikannya selalu tepat. Kalau cuma babi atau binatang buruan lainnya tak aneh. Terceritakan Sigarlaki pernah membidik burung gagak, dan kena! Diseantero negeri tak ada yang bisa mengalahkannya. Namanya tersohor ke segenap penjuru.



Tersebutlah Sigarlaki mempunyai seorang pelayan yang sangat setia. Namanya Limbat. Dia telah mengabdi dengan setia selama bertahun tahun. Patuh, santun, rajin. Hamper semua pekerjaan yang diperintahkan oleh Sigarlaki dikerjakan dengan baik oleh Limbat. Segala urusan beres. Dari masalah dalam rumah, jadi pengawal, sampai menguliti dan mengolah binatang buruan.

Meskipun terkenal sebagai pemburu yang handal, pada suatu hari mereka tidak berhasil memperoleh satu ekor binatang buruan. Dari pagi sampai petang mereka berdua masuk keluar hutan, tidak seekorpun binatang buruan ditemui. “Belum pernah rasanya kita sesial ini. Kemana perginya semua binatang buruan?” kata Sigarlaki dengan mendongkol.
“Sabarlah sedikit, Boss. Agak sore nanti mungkin kita dapat hasil,” kata Limbat menghibur majikannya. Ternyata sampai sore pun mereka tidak mendapatkan apa-apa. Mereka pulang dengan lelah dan kesal.

“Cepatlah siapkan makan malam, Limbat. Aku ingin segera istirahat,” kata Sigarlaki sesampai dipondoknya. Limbatpun bergegas kedapur. Alangkah terkejutnya dia ketika membuka tempat penyimpanan. Kosong! Rupanya daging persediaan mereka hilang. Entah dicuri orang atau dimakan binatang. “Wah, apa yang bisa aku persiapkan?” katanya dengan bingung. Dengan gugup Limbat menyatakan hal itu kepada majikannya.

Sigarlaki marah besar. Mungkin karena lelah, lapar dan kecewa. Segala sumpah serapah keluar dari mulutnya. Dia seolah kehilangan akal. Limbat terkejut. Tidak disangkanya akan berakibat begitu. Dia tertunduk lesu. Tetapi kepalanya cepat teragkat lagi ketika mendengar suara Sigarlaki yang menuduhnya mencuri daging persediaan mereka. “Pasti kamu yang mencurinya. Mana mungkin bisa hilang! Dasar pencuri!”
Limbat sangat sedih dan terkejut mendengar tuduhan itu. Tidak pernah diduga majikannya akan tega menuduhnya sebagai pencuri.

“Tuan, mana mungkin saya mencuri. Sudah bertahun-tahun saya mengabdi, pernahkah ada sesuatu yang hilang?” Sigarlaki makin kalap.
“Begitu ya, sekarang coba buktikan bahwa kamu bukan pencurinya. Coba buktikan!”
“Bagaimana saya harus membuktikannya?” Tanya Limbat.
“Begini,” kata sang Pemburu “saya akan menancapkan tombak ini ke halaman itu. Kamu harus menyelam bersamaan. Bila tombak itu keluar lebih dulu dari kolam, berarti kamu tidak mencuri. Tetapi kalau kamu keluar lebih dulu, berarti kamulah pencurinya.”

“Aneh sekali cara pembuktian ini,” kata Limbat dalam hati. Tetapi dia tidak berani membantah. “Baiklah, Tuan!” Dia tidak takut bahkan sedikit geli.

Dia merasa majikannya sudah kehilangan akal. Tetapi bagaimanapun juga ia berkehendak untuk membuktikan dirinya bersih.
Lalu ia pun menyelam bersamaan dengan Sigarlaki menancapkan tombaknya. Byuuur! Tetapi, baru saja menancapkan tombaknya, tiba-tiba Sigarlaki melihat ada seekor babi hutan minum di kolam. Wah, ini mangsa bagus! Tentu saja ia tidak mau melewatkan kesempatan itu.
Dengan segera ia mengangkat tombaknya dan dilemparkannya kea rah babi hutan itu. Siuut! Tetapi tombakan itu luput. Tapi Limbat menang kan, karena tombak keluar lebih dulu dari dirinya?

Tapi entak karena kesal atau licik, Sigarlaki tak meu mengakui kekalahan itu. Dia minta pembuktian ulang. “Ya baiklah,” kata Limbat dengan sedikit marah. “Saya ingin membuktikan behwa saya memang tidak bersalah.” Adegan pun diulang. Tombak ditancapkan, Limbat menyelam.
Terjadilah ini: baru saja menancapkan tombaknya di kolam, tiba-tiba kaki Sigarlaki digigit oleh seekor kepiting besar. Iapun menjerit jerit kesakitan dan tidak sengaja mengangkat tombaknya. Dua kosong buat Limbat!

Demikianlah, akhirnya si Limbat yang menang. Ia berhasil membuktikan dirinya tidak mencuri. Sedangkan Sigarlaki karena sembarangan menuduh, terkena hukuman digigit kepiting besar. Baru tahu rasa dia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar