Pada zaman dahulu kala, seorang raja bergelar Baron Mai berkuasa di sebuah kerajaan. Raja tersebut memiliki Permaisuri yang masih muda dan sangat cantik. Namun Permaisuri tidak mencintai Raja, karena Raja sudah tua dan buruk rupa.
Tentu saja Raja sedih. Lalu dia mencari bantuan seorang pertapa dari gunung Ipu.
Setelah berhari-hari menempuh perjalanan yang berat, akhirnya Raja sampai di gunung Ipu.
Sang pertapa mendengarkan cerita Raja dengan takzim dan berkata: “Oh, baiklah Paduka, saya akan membantu. Bawakan saja 12 sendok besar susu kerbau, satu telur burung Tabon hitam dan setangkai bunga dari pohon tipuan.”
Raja mengerahkan seluruh kerajaan untuk tugas ini.
Raja menjadi sangat sedih karenanya.
Tiba-tiba malam itu ada seorang peri yang baik menampakkan diri dan berkata pada Raja. “Bunga tipuan yang Paduka cari itu ada di hutan, dan dikenakan seorang Peri di rambutnya. Tetapi dia tidak akan memberikan bunga itu dengan mudah. Jika Paduka mengikuti saya, maka saya dapat membantu untuk menemukannya.”
Raja kemudian mengikuti Peri terbang di angkasa. Perjalanan mereka sangat jauh, menuju hutan dimana para Peri beristirahat. Sampai disana, peri di angkasa segera cepat berubah menjadi burung kecil bersayap panjang. Dia terbang menukik dan mengambil bunga yang indah di rambut seorang Peri dan membawanya pada Raja.
Raja sangat gembira. Dia mengumpulkan ketiga bahan ramuan tersebut dan cepat membawanya ke gua dimana pertapa berada.
Lalu sang pertapa mulai bekerja. Ia mengambil sari madu dari bunga pohon tipuan dan menuangkannya bersama susu kedalam telur. Kemudian dia berkata: “Tanamlah ramuan dalam telur ini ditaman dan biarkan Permaisuri memakan buahnya.,” katanya. “Permaisuri akan jatuh cinta pada Paduka, tetapi ingat, Paduka harus mengundang saya pada saat pesta perayaannya.”
Raja berdebar-debar. Dengan perasaan tidak sabar segera ditanamnya telur di kebun istana. Keesokan harinya, ajaib, ada sebatang pohon besar tumbuh di tempat Raja kemarin menanam telurnya. Buahnya besar-besar dan menerbitkan selera.
Raja memetik satu dan memberikannya kepada permaisuru. Lalu, tiba-tiba, Permaisuri langsung jatuh cinta pada Raja. Mantra sang Pertapa ternyata ampuh.
Tentu saja Raja sangat gembira. Sebuah pesta besar diadakan. Seluruh warga kerajaan diundang. Mereka bersuka ria selama tujuh hari tujuh malam. Tetapi dalam kegembiraanya, Raja lupa akan janjinya untuk mengundang sang Pertapa. Apa yang terjadi kemudian? Karena marahnya terhadap Raja yang tak tahu berterimakasih itu, dia lalu mengutuk buah yang dimakan Permaisuri tadi menjadi buah yang berduri dan berbau tidak sedap.
Begitulah asal muasal durian. Buah berduri yang berbau tidak sedap, tetapi sangat nikmat rasanya. Siapa pun yang memakannya akan merasakan bahwa dagingnya terasa lembut seperti telur rebus, halus seperti susu dan terasa manis seperti sari madu.
sumber : ORBIT
wah itu jg ada di buku saya cerita jg sama
BalasHapus