Sabtu, 12 Desember 2009

Tudung Kepala Ajaib


Alkisah, hiduplah seorang pemudayang rajin bekerja dan baik hati. Saban harinya, ia bekerja mencari kayu bakar untuk kemudian dijual ke pasar. Saban harinya ia pergi ke lading, ke hutan, untuk menebang pohon kemudian dipotong-potong dan diikat. Setelah ia rasa cukup, kayu bakar itu ia pikul lalu dibawa ke pasar. Pulang dari pasar ia akan membawa makanan dan keperluan lainnya.

“Kasihan sekali kamu, biar aku lepaskan perangkap itu,” ucap ucap pemuda itu lirih. Pemuda itu tersentuh hatinya. Ia iba. Ia dekati anak rubah yang terjepit itu. Dengan hati-hati ia lepaskan perangkap kayu tersebut. Perlahan namun pasti, anak rubah itu berdiri, kemudian pergi meninggalkan dirinya.

“Sekarang kamu telah bebas,pergilah sesuka hatimu,” kata pemuda itu. Beberapa hari kemudian, pemuda tersebut berjalan di tempat yang sama. Ia hendak mencari kayu bakar. Tiba-tiba muncullah anak rubah dihadapannya. Setelah diingat-ingat anak rubah tersebut adalah anak rubah yang tempo hari ia lepaskan dari jepitan perangkap kayu.

“Hei rupanya kamu telah sehat,” kata Pemuda itu.

Seolah mengerti anak rubah itu mengangguk.

“Sekarang, kamu lekas bermainlah sana di hutan bebas sana, tapi lebuh hati-hati ya.”

Anak rubah itu menggeleng. Ia mengeluarkan suara seolah minta pemuda itu mengikutinya.

Benar saja, anak rubah itu kemudian mengajak pemuda mengikutinya. Mereka berjalan jauh menembus hutan, menapaki jalan setapak, menerobos belukar hingga tiba di sebuah gua. Anak rubah itu kemudian mengeluarkan suara. Seolah sedang memanggil. Ternyata benar, disaat bersamaan, dari dalam gua muncul rubah besar. Ups, rubah besar itu adalah ibunya.

“Terimakasih anak muda, kamu telah menolong anakku hingga selamat. Aku bahagia sekali. Karena dia anakku satu-satunya,” kata Induk Srigala.

“Menolong itu sudah merupakan kewajiban,” jawab si Pemuda.

“Jika manusia punya hati seperti kamu, pasti indah kehidupan ini. Tidak ada lagi hewan yang diburu,” lanjut Induk Srigala.

“Begitulah seharusnya hidup ini berjalan,” lanjut Si Pemuda lagi.

“Sebagai ungkapan terimakasih, terimalah tudung kepala tua ini,”

Si Induk Srigala menyerahkan sebuah topi unik kepada si pemuda.

Pemuda tersebut menerimanya dengan senang hati. Ia berpikir tudung kepala tersebut sangat berguna untuk melindungi kepala dari terik panas matahari saat mencari kayu bakar. Kemudian ia melanjutkan perjalanan untuk mencari kayu bakar.

Tiba-tiba dalam perjalanan, gerimis turun. Pemuda itu segera mengenakan tudung kepala pemberian dari rubah. Aneh bin ajaib, ternyata saat ia mengenakan tudung tersebut, ia bisa mendengar setiap percakapan hewan yang ia temui di perjalanan.

“Pasti ini tudung ajaib,” bisiknya.

Tepat diatas pohon yang tak jauh darinya, sepasang burung pipit tengah berbincang-bincang.

“Ternyata, manusia yang lewat ke daerah ini semuanya bodoh. Mereka tidak tahu, bahwa dibalik batu yang setiap hari mereka lewati setiap hari, ada bongkahan emas,” kata burung pipit.

“Padahal kalau ada yang menemukannya, bisa menjadi orang paling kaya,” sahut burung pipit yang satunya.

Mendengar pembicaraan itu, pemuda tersebut terkejut sekaligus gembira. Segera ia menuju sungai yang setiap hari ia lewati. Sesampai di sana ia mencari batu yang berada di tengah-tengah sungai. Kemudian ia mendorong batu tersebut, dan ternyata benar dibaliknya terdapat sebongkah emas murni. Emas itu sangat berkilau. Dengan segera, ia mengambilnya kemudian hendak pulang. Ajaibnya lagi, tak jauh dari tempat tersebut, ia mendengar pembicaraan sepasang burung gagak di atas pohon.

“Kasihan gadis dikampung itu, sampai sekarang belum juga sembuh dari sakitnya,” kata burung gagak.

“Iya, padahal orangtuanya yang kaya, telah memanggil puluhan tabib,” sahut burung gagak lainnya.

“Orang tuanya tidak tahu, bahwa gadisnya itu sakit karena ada ular diatap rumahnya. Ular itu sering mematuk menebarkan bisa beracunnya,”

“Jadi kalau mau anak gadisnya sembuh, ular itu harus dikeluarkan dari rumahnya?”

“Betul,” kata burung gagak.

Keesokan harinya, pemuda tersebut berkunjung ke rumah orang kaya di desa yang cukup jauh dari rumahnya. Sampailah ia di depan sebuah rumah yang besar. Di pagar rumah tersebut terpampang tulisan: “Siapa Saja Yang Ingin Mengobati Anak Kami Silahkan Masuk”

Pemuda tersebut kemudian masuk dan mengutarakan keinginannya.

“Perkenankan saya membantu menyembuhkan penyakit yang diderita oleh gadis Tuan.”

“Silakan, tentu saja dengan senang hati,” ucap orang tuanya.

Pemuda itu teringat pembicaraan sepasang gagak, bahwa di rumah tersebut terdapat ular di atas rumah mereka yang sering menyemburkan bisanya kepada anak gadis mereka.

“Sebenarnya, Tuan. Sakit yang diderita anak gadis Tuan karena ular yang terperangkap di atap rumah ini,” ucap pemuda tersebut.

“Wah, lalu harus bagaimana kita?” tanya si pemilik rumah dengan cemas.

“Kita keluarkan ular tersebut dari rumah ini. Ingat, jangan dilukai. Kita hanya mengusirnnya saja agar ia hidup bebas kembali di alam,” jelasnya.

“Baiklah, aku setuju.”

Ia segera memerintahkan orang-orang dirumahnya untuk membongkar atap rumah. Benar saja, di tempat tersebut, terdapat ular yang sangat besar. Awalnya mereka terkejut, ketakutan dan ingin membunuh ular yang telah menyebabkan anak gadis tuannya sakit. Mereka telah menghunus senjatanya masing-masing.

“jangan dibunuh, biarkan saja ia pergi. Kalau kita melukainya, bisa-bisa ia menyerang balik. Sangat bahaya, karena ukuran ular ini sangat besar,” kata si pemuda.

Mereka menurut permintaan pemuda tersebut. Ular yang besar tersebut mereka giring keluatr rumah. Mereka biarkan ular tersebut perhi menjauh menuju alam bebas. Orang-orangpun bersorak.

Benar saja, hari berganti hari. Gadis tesebut kembali sehat. Gadis tersebut kembali cantik, kenmbali ceria. Orang tuanya gembira bukan main. Mereka bisa melihat gadis kesayangannya bermain dan bersenda gurau. Tak lama kemudian, mereka ingat sipemuda yang baik hati. Seorang pemuda yang telah berjasa memberikan jalan keluar menyembuhkan penyakit yang diderita gadis mereka. Segera mereka memanggil si pemuda tersebut untuk mengucapkan terimakasih.

“Anak muda, berkat jasamu, anak gadis kami sehat kembali,” ucap orang kaya tersebut.

“Saling menolong terhadap sesame, merupakan kewajiban,” sahut si pemuda dengan takzim.

“Sebagai rasa terimakasih kami, aku ingin menikahkan kamu dengan anak gadis kami,” katanya.

Pemuda tersebut diam saja. Hatinya bersorak, bergembira. Pesta penikahan segera digelar. Orang-orang sekampung diundang untuk ikut merasakan kebahagiaan mereka. Pemuda tersebut sadar sekali, bahwa menolong terhadap sesame pasti akan mendapatkan balasan yang sangat besar.



Sumber : ORBIT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar