Senin, 15 Maret 2010

Pemuda yang Serakah

Teman-teman, saat aku kecil Ibu pernah mendongengkan tentang asal-usul kecoa. Sekarang aku ingin membagi cerita dengan kalian. Tentu saja, kalian boleh percaya, boleh tidak. Namanya juga dongeng. Ibu selalu memulai ceritanya dengan ...

Dikisahkan pada jaman dahulu, ada seorang pemuda desa yang cerdas nemun agak serakah. Mungkin karena sejak lahir hidupnya selalu dalam kemiskinan. Kedua orang tuanya sudah meninggal dunia. Ia hidup sebatang kara.
Suatu hari dia berdoa : "Ya Tuhan jadikanlah aku pemuda perkasa yang punya kemampuan luar biasa." Setahun telah berlalu, namun doanya belum juga dikabulkan. Hingga akhirnya dia naik ke puncak pohon yang paling tinggi di hutan dekat desanya. Tingginya kira-kira 10 meter. Dengan lantang ia berteriak "Tuhan mengapa kau tak adil padaku! Aku tak pernah keberatan telah dilahirkan sebagai orang miskin! Sekarang aku hanya minta dijadikan orang yang paling perkasa, Tuhan! Hanya itu ! Kanapa kau tak mengabulkannya? Atau hau memang tak mampu?!" Rupanya ia begitu marah hingga ia menyindir Tuhan.
Saat itu juga langsung terdengar gemuruh petir di langit dan cahaya kilat menyambar pohon yang ia naiki.
"Tuhan aku tidak takut! Kalau kau tak mampu menjadikan aku orang yang perkasa, berhentilah menjadi Tuhan!!"
Dengan kesal ia turun dari pohon dengan tergesa-gesa. Ups! Kakinya salah berpijak. Ia menginjak ranting pohon yang ringkih. Tubuhnya limbung kehilangan keseimbangan. Tangannya pun terhentak, lepas dari pegangan batang pohon. Serta merta tubuhnya meluncur dengan cepat ke tanah. Ia berteriak ketakutan smabil memejamkan mata. Tapi ternyata ...............
"Aaaaaaaaa...kok ? Aku bisa terbang!! Aku bisa terbang! Aku bisa terbang," tubuh pemuda iti ringan seperti kapas. Ia tak jatuh kebawah, bahkan tubuhnya kini melayang.
"Wah, seandainya di punggungku ada sayapnya, pasti tambah asyik! Tuhan... beri aku sayap!" teriaknya. Tiba-tiba punggungya menggelembung dan ... "Hey, aku punya sayap ! Aku akan terbang terus menuju matahari. Aku ingin tahu sepanas apakah matahari," kata Pemuda itu dengan sombongnya. Saat itu ia tak menyadari bahwa kaki dan yangannya berubah menjadi sangat kecil dan tipis.
Kira-kira 10.000 kilometer menuju matahari, kulitnya mulai terbakar hingga kecoklatan. Ia paksakan terus terbang menuju matahari. Tapi lama-kelamaan ia tak tahan. Tubuhnya seperti terpental, meluncur, terus meluncur dengan cepatnya ke tanah dan ..Brug !
"Aaaaaaaaaahhhhhhh..." teriaknya. Ia sudah pasrah jika harus mati. Tubuhnya telah sampai ke tanah. Namun,
"Telah mati kah aku ?" Ia mencoba membuka matanya. Lalu terdengar sebuah suara yang terdengar bijak, entah darimana,
"Kau terlalu serakah, setelah dikebulkan permintaan pertama, kau meminta lagi, lagi, dan lagi. Ingatlah yang kau inginkan belum tentu yang terbaik untuk dirimu. Padahal seandainya kau tidak serakah...,"
"Oh...tubuhku mengapa seperti ini?" pemuda itu memperhatikan tubuhnya. warna kulitnya menjadi coklat keemasan. Kaki dan tangannya menjadi kecil dan tipis, kini di hidungnya pun ada dua helai kumis yang memanjang. Di punggungnya yang kini lebih menonjol ada sayap.
Begitu malunya pada Tuhan, ia berlari menuju tempat-tempat gelap untuk bersembunyi. Ia terus berlari menuuju desanya untuk menyembunyikan diri di tempat yang gelap, kotor, lembap, dan bau. Ia beraharap Tuahn tak menemukannya di tempat-tempat seperti itu.
Tapi oleh manusia ia jadi terlihat menjijikan. Hingga suatu hari kakinya tersandung sesuatu. Membuat tubuhnya terlantang diatas punggungnya. Kakinya yang terlalu kecil, pendek dan lemah membuatnya tak kuasa kembali pada posisinya semula. Sebab punggungnya yang dilapisi sayap terlalu tinggi dari kaki dan tangannya. Ia seperti kehabisan nafas. Ia terus meronta-ronta. Sampai akhirnya ia mati kelelahan dan kehabisan nafas dengan mengeluarkan busa-busa putih dari dalam tubuhnya.

Begitulah ceritanya teman-teman, Ternyata benar ya, kita memang tak boleh serakah.




Sumber: ORBIT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar