Dahulu kala, adalah sebuah desa kecil jauh diatas hutan
digunung. Di hutan itu banyak sekali harimau berkeliaran, sehingga penduduk
desa selalu katakutan. Suatu hari, karenasemua penduduk desa itu semua sudah
sangat ketakutan, mereka berkumpul di balai desa. Mereka ingin memecahkan
masalah ini, ingin bisa hidup tenang, tanpa selalu dibayangi ketakutan diterkam
harimau. Kepala Desa memimpin pertemuan ini.
Setelah lama berunding, mereka
sepakat untuk menggali perangkap-perangkap harimau di sekitar desa. Semua orang
dewasa di kampong itu kemudian gotong-royong membuat lubang-lubang yang dalam
untuk memerangkap harimau. Perangkap itu tersebar di seluruh desa, tetapi
paling banyak ada di tepi jalan masuk desa, yang biasa dilalui harimau.
Suatu hari datanglah seorang penggembara ke desa itu. Ia
mendengar suara harimau merintih-rintih minta tolong. Didekatinya asal suara,
dan dia melihat seekor harimau yang terperangkap dan sedang berusaha untuk
keluar. Ketika melihat penggembara itu, harimau meminta pertolongan: “Bapak
yang baik, bantulah saya keluar dari perangkap ini. Tolonglah saya. Kebaikan
bapak tidak akan pernah saya lupakan.” Penggembara yang baik hati itu jatuh
kasihan. Dia menghela batang kayu yang panjang, dan dimasukkan kedalam lubang
perangkap yang dalam itu. Harimau kemudian dengan mudah bisa keluar.
Segera setelah bebas, harimau itu berkata kepada sang
penggembara. : ”Saya sangat berterimakasih atas pertolongan ini, tetapi karena
manusia membuat perangkap ini untuk menangkap saya, maka saya akan memangsa
manusia seperti anda ini.”
Sang Penggembara sampai tak bisa bicara karena terkejut dan
ketakutan. Tetapi dia berusaha tenang. Sambil mengumpulkan keberanian dia
berkata: “Tunggu sebentar, saudara harimau. Kok kamu jadi begitu. Inikah
balasanmu atas pertolonganku? Ayo kita mencari keadilan. Kita cari beberapa
pihak untuk member pertimbangan.” Eh, tak dinyana ternyata harimau setuju.
Keduanya menemui seekor serigala. Setelah mendengar pemaparan kasus itu,
serigala berkata: “Menurutku manusia yang bersalah. Kami, serigala ini, dendam
kepada manusia. Manusia selalu memburu serigala untuk kesenangannya, dan
kemudian membunuh serigala tanpa ampun. Apakah ini adil?”
Kemudian keduanya minta pertimbangan pohon pinus. Pohon
pinus mendengarkan dengan seksama kejadian itu dan berkata: “Manusia salah
karena dari dulu menebang pohon pinus untuk perabotan dan kayu bakar
mereka. Manusia betul-betul tidak punya
hati nurani.”
Setelah mendengar dua pendapat ini, si harimau sangat
gembira, merasa dapat dukungan, dan bersiap-siap akan menerkam sang
penggembara. Tapi tiba-tiba muncul seekor kelinci besar. “Wow, kebetulan
sekali, kalinci. Cobalah berikan pendapatmu atas kasus kami ini,” kata sang
penggembara. Kelinci tersebut kemudian berkata: “Baiklah, tetapi sebelum aku
memutuskan sesuatu, aku ingin melihat ‘tkp’, tempat kejadian perkara.”
Demikianlah, mereka bertiga lalu menuju lubang tempat harimau terperangkap.
Kepada harimau kelinci berkata : “Aku harus tahu bagaimana
posisimu sebelum bapak pengembara ini menemukan dan menolongmu. Dimana kamu
saat itu?” dengan segera harimau melompat ke dalam lubang perangkap. Kelinci
kemudian berkata : “Apakah batang pohon itu ada disini ketika kamu jatuh
kedalam lubang ini, saudara harimau?”. “Tidak, batang pohon itu belum ada.”.
Kelinci dan sang pengembara menggotong batang kayu itu
keluar lubang, dan kemudian berkata: “Bapak pengembara yang baik hati, cepatlah
anda pergi sekarang!” Si kelinci pun cepat-cepat menjauhi lubang perangkap.
Moral dongeng ini adalah : Keadilan diputuskan oleh siapa
yang tidak berpihak. Juga harus berterimakasih kepada yang menolong. There is
also an implicit view than an individual ought to be treated as he is rather
than as a member of group. This last point maybe the most important point in a
society which has a historically emphasized the notion of collective, as
distinct from individual, responsibility.
keren gan .:)
BalasHapuskeren gan .:)
BalasHapusnice posting gan,,,,
BalasHapus