Minggu, 05 Februari 2012

Harimau dalam Perangkap



Dahulu kala, adalah sebuah desa kecil jauh diatas hutan digunung. Di hutan itu banyak sekali harimau berkeliaran, sehingga penduduk desa selalu katakutan. Suatu hari, karenasemua penduduk desa itu semua sudah sangat ketakutan, mereka berkumpul di balai desa. Mereka ingin memecahkan masalah ini, ingin bisa hidup tenang, tanpa selalu dibayangi ketakutan diterkam harimau. Kepala Desa memimpin pertemuan ini. 
Setelah lama berunding, mereka sepakat untuk menggali perangkap-perangkap harimau di sekitar desa. Semua orang dewasa di kampong itu kemudian gotong-royong membuat lubang-lubang yang dalam untuk memerangkap harimau. Perangkap itu tersebar di seluruh desa, tetapi paling banyak ada di tepi jalan masuk desa, yang biasa dilalui harimau.

Suatu hari datanglah seorang penggembara ke desa itu. Ia mendengar suara harimau merintih-rintih minta tolong. Didekatinya asal suara, dan dia melihat seekor harimau yang terperangkap dan sedang berusaha untuk keluar. Ketika melihat penggembara itu, harimau meminta pertolongan: “Bapak yang baik, bantulah saya keluar dari perangkap ini. Tolonglah saya. Kebaikan bapak tidak akan pernah saya lupakan.” Penggembara yang baik hati itu jatuh kasihan. Dia menghela batang kayu yang panjang, dan dimasukkan kedalam lubang perangkap yang dalam itu. Harimau kemudian dengan mudah bisa keluar.

Segera setelah bebas, harimau itu berkata kepada sang penggembara. : ”Saya sangat berterimakasih atas pertolongan ini, tetapi karena manusia membuat perangkap ini untuk menangkap saya, maka saya akan memangsa manusia seperti anda ini.”

Sang Penggembara sampai tak bisa bicara karena terkejut dan ketakutan. Tetapi dia berusaha tenang. Sambil mengumpulkan keberanian dia berkata: “Tunggu sebentar, saudara harimau. Kok kamu jadi begitu. Inikah balasanmu atas pertolonganku? Ayo kita mencari keadilan. Kita cari beberapa pihak untuk member pertimbangan.” Eh, tak dinyana ternyata harimau setuju. Keduanya menemui seekor serigala. Setelah mendengar pemaparan kasus itu, serigala berkata: “Menurutku manusia yang bersalah. Kami, serigala ini, dendam kepada manusia. Manusia selalu memburu serigala untuk kesenangannya, dan kemudian membunuh serigala tanpa ampun. Apakah ini adil?”

Kemudian keduanya minta pertimbangan pohon pinus. Pohon pinus mendengarkan dengan seksama kejadian itu dan berkata: “Manusia salah karena dari dulu menebang pohon pinus untuk perabotan dan kayu bakar mereka.  Manusia betul-betul tidak punya hati nurani.”

Setelah mendengar dua pendapat ini, si harimau sangat gembira, merasa dapat dukungan, dan bersiap-siap akan menerkam sang penggembara. Tapi tiba-tiba muncul seekor kelinci besar. “Wow, kebetulan sekali, kalinci. Cobalah berikan pendapatmu atas kasus kami ini,” kata sang penggembara. Kelinci tersebut kemudian berkata: “Baiklah, tetapi sebelum aku memutuskan sesuatu, aku ingin melihat ‘tkp’, tempat kejadian perkara.” Demikianlah, mereka bertiga lalu menuju lubang tempat harimau terperangkap.

Kepada harimau kelinci berkata : “Aku harus tahu bagaimana posisimu sebelum bapak pengembara ini menemukan dan menolongmu. Dimana kamu saat itu?” dengan segera harimau melompat ke dalam lubang perangkap. Kelinci kemudian berkata : “Apakah batang pohon itu ada disini ketika kamu jatuh kedalam lubang ini, saudara harimau?”. “Tidak, batang pohon itu belum ada.”.

Kelinci dan sang pengembara menggotong batang kayu itu keluar lubang, dan kemudian berkata: “Bapak pengembara yang baik hati, cepatlah anda pergi sekarang!” Si kelinci pun cepat-cepat menjauhi lubang perangkap.



Moral dongeng ini adalah : Keadilan diputuskan oleh siapa yang tidak berpihak. Juga harus berterimakasih kepada yang menolong. There is also an implicit view than an individual ought to be treated as he is rather than as a member of group. This last point maybe the most important point in a society which has a historically emphasized the notion of collective, as distinct from individual, responsibility.

3 komentar: