Kamis, 10 Februari 2011

Melepaskan Diri dari Kutukan

Dahulu kala, adalah seorang pemuda sederhana yang menikah dengan putrid tunggal seorang penggiling gandum. Dengan tekun dia pelajari cara-cara menggiling gandum, dan kemudian meneruskan usaha itu ketika mertuanya meninggal. Mereka miskin, tetapi ada seorang bangsawan yang memberi pinjaman uang. Usahanya pun kemudian maju.
Kemudian ayah ibu ini mempunyai seorang anak perempuan, tetapi pada saat kelahirannya langsung dibawa terbang, dicuri oleh bidadari. Dalam malam yang gelap bayi ini diletakkan di tepi sebuah perigi.
Ketika itu, di udara terdengar senandung :
‘kita akan kembali, sayangku
kita akan kembali lagi, cintaku
pada suatu saat nanti, kita akan berjumpa ditepi perigi’
Bayi itupun tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik. Di penggilingan gandumpun tak ada masalah.
Sampai suatu saat terjadi kebakaran. Semua habis terbakar. Saat itu juga muncul bangsawan yang pernah meminjamkan uangnya dan menagih pinjamannya kembali.
Sementara itu, tak jauh dari perigi tua yang tersebut diatas, ada seorang kurcaci buruk rupa yang selalu sibuk. Musim dingin dia tak pernah kelihatan, entah kemana. Orang-orang sekitar tempat itu cuma beberapa kali bisa melihatnya, karena kurcaci itu selalu terbang kalau ada orang mendekat. Tetapi kalau diperhatikan dengan cermat, ternyata malam hari dia suka bermain di air, dan menyanyikan lagu yang sama :
‘kita akan kembali, sayangku
kita akan kembali lagi, cintaku
bilakah waktunya tiba
kita akan bertemu diperigi tua’
Gadis itu disuruhnya minum tiga teguk air keramat, dan oh, tiba-tiba mereka bisa terbang cepat seperti kilat. Ketika akhirnya gadis itu membuka matanya, disadarinya bahwa ia ada di istana yang sangat indah dan mewah.
Raja dan Ratu istana itu memintanya untuk menetap. “Kami akan menjagamu dengan baik,” begitu kata mereka. Tetapi si Gadis berkeras untuk pulang. “Baiklah kalau begitu, tetapi kalau kamu kembali ke bumi, kamu tidak boleh menceritakan apapun tentang istana ini.”
“Dan ini pesanku : berikan tepung gandum ini pada orang asing pertama yang kau temui. Sesudah itu kamu harus memberikan biskuit ini. Lalu berikan mentega. Berilah juga minuman air dari sumur,” kata Raja dan Ratu.
Si Gadis tidak megerti sedikitpun apa arti pesan-pesan itu. Tapi kemudian dia mendapat duabelas tetes air dalam botol kecil.
Dipegangnya botol itu erat-erat, dan tiba-tiba sekelilingnya jadi gelap. Dia merasa dirinya terbang, dan benar saja, tiba-tiba dia berada di pintu rumahnya. Alangkah lega rasanya, cepat-cepat dia merayap ke tempat tidur, dan berjanji pada dirinya tidak akan membuka rahasia.
Keesokan harinya, pintunya diketuk orang. Dengan masih mengantuk dia mengintip ke luar, dan oh, ada seorang pengemis tua, yang tiba-tiba saja menyanyi :
‘bukalah pintunya, manisku
Oh bukalah pintunya gadis manis
Bilakah waktunya tiba
Kita akan bertemu di perigi tua’
Si Gadis diam saja mendengar nyanyian itu, tetapi dia membuka pintu. Si pengemis masuk dan menyanyi lagi
‘mana tepungku, manisku
Berikanlah tepungku, gadis manis
Bilakah waktunya tiba
Kita akan bertemu di perigi tua’
Si Gadis membuatkan bubur dari tepung yang dibawanya, tidak lupa diberi 3 tetes air dari botol hijau. Ketika sedang makan buburnya, tiba-tiba pengemis tua itu menghilang, dan sebagai gantinya muncul bangsawan yang dulu meminjamkan uang, sambil bernyanyi :
‘berikanlah biskuitku, manisku
Mana biskuitku, sayangku
Bilakah waktunya tiba
Kita akan bertemu di perigi tua’
Segera si Gadis membuat biskuit, tidak lupa juga 3 tetes air dari botol hijau kecil. Ketika biskuit itu habis dimakan, bangsawan itu hilang, dan sebagai gantinya muncul burung yang dulu membakar penggilingan gandum, yang segera bernyanyi :
‘berikanlah mentegaku, manisku
Mana mentegaku, sayangku
Bilakah waktunya tiba
Kita akan bertemu di perigi tua’
Cepat-cepat si Gadis memberikan mentega, tidak lupa juga 3 tetes air dari botol hijau. Baru saja si burung mencocok mentega, ketika tiba-tiba dia mengepakkan sayapnya dan lalu lenyap. Sekarang dia berubah menjadi kurcaci buruk rupa yang memegangnya kemarin malam, dan dia bernyanyi :
‘berikanlah airku, manisku
Mana airku sayangku
Bilakah waktunya tiba
Kita akan bertemu di perigi tua’
Si Gadis tahu, airnya tinggal tiga tetes dan dia ketakutan. Dia berlari secepat-cepatnya ke sumur tua, tetapi ups! Disana sudah ada kurcaci buruk rupa itu yang bernyanyi :
‘berilah aku air, sayangku
Mana airku, sayangku
Bilakah waktunya tiba
Kita akan bertemu di perigi tua’
Si Gadis memberikan airnya cepat-cepat, tidak melupakan tiga tetes air dari botol hijau. Baru saja air habis diminum, dan tiba-tiba dia menjelma menjadi seorang pangeran muda yang sangat tampan, dan lalu menyapanya dengan ramah.
Mereka berdua lalu duduk ditepi sumur hitam, dan saling menceritakan kisah hidupnya.
“Aku dilahirkan pada saat yang sama dengan kamu,” katanya “dan aku dibawa terbang oleh bidadari-bidadari pada waktu yang sama ketika kamu ditemukan ditepi sumur. Aku menjadi kurcaci buruk ini bertahun-tahun. Mereka memberikan ujian macam-macam sebelum aku boleh kembali kepada ayahku, Raja Perancis, yang akan menikahkan aku dengan gadis yang tercantik dari seluruh jagad.”
“Siapakah dia?” tanya gadis itu.
“Puteri seorang penggiling gandum. Maukah kau menikah denganku?” kata sang Pangeran sambil tersenyum.
Demikianlah malam itu juga mereka menikah. Tiba-tiba saja sebuah kereta kencana ditarik empat ekor kuda muncul. Pangeran dan Permaisurinya, pak tua penggiling gandum dan isterinya naik kedalamnya sambil bernyanyi :
“alangkah bahagianya kami
Alangkah bahagianya, sayang
Tak usah pedulikan waktu
Kita akan berjumpa dihutan
Dekat sumur tua.”
Demikianlah akhirnya Pangeran itu bisa melepaskan diri dari kutukan, karena telah menemukan tambatan hati yang sesuai. Sang Gadis sekarang mengerti apa arti senandung yang selalu didengarkannya berulang-ulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar