Disadur oleh Riguntari Kurniawati
Dahulu kala hiduplah seorang raksasa yang sangat besar bernama Gros-Tonneau. Raksasa jahat ini tinggal di dalam sebuah hutan yang sangat lebat.
Tidak jauh dari hutan, terdapat sebuah desa bernama Saint-gigot. Gros-Tonneau sering datang ke desa ini apabila lapar. Penduduk desa selalu merasa ketakutan jika melihatnya mendekat. Mereka berlarian pontang-panting dan berteriak minta tolong. Akan tetapi mereka selalu tidak punya waktu untuk menyelamatkan diri karena sang raksasa memakai sepatu ajaib yang bisa berlari dengan sangat cepat. Hanya dengan 3 hop, hop, hop! Mereka sudah terkejar! Dan dengan tangannya yang besar, ia akan menangkap beberapa orang yang dibawanya kerumah sebagai santapan.
Suatu hari, tanah terasa bergetar dan tiba-tiba terdengar penduduk desa berteriak: “Tolong, Gros-Tonneau datang…!” Akan tetapi hari itu penduduk desa dibuat heran, karena Gros-Tennau tidak menangkap mereka melainkan berjalan lurus menuju rumah si tukanhg sepatu dan berkata: “Perbaiki sepatuku! Sepatuku rusak! Kalau dalam waktu 4 hari sepatuku belum selesai, aku akan memakanmu!”
Si tukang sepatu ketakutan dan menjawab tergagap: “Ba…baik, tuan Gros-Tennau!” Setelah mengancam, sang raksasapun berlalu. Setelah ia pergi, para penduduk mendatangi si tukang sepatu dan membujuknya: “Tolong, buanglah kekuatan yang ada pada sepatu itu, agar dia tidak bisa mengejar kita lagi.”
“Tetapi aku tidak tahu caranya!” jawab si tukang sepatu bingung. Mendengar itu semua, pendudukpun terdiam. Mereka sendiri memang tidak tahu!
Tatkala mereka terpekur memikirkan sepatu sang raksasa, tiba-tiba telepon berdering: “Kami jatuh kedalam kotoran sapi!” kata seseorang. “Sepatu kami kotor dan rusak, datanglah kesini dan buatkan kami yang baru. Cepat!”
Si tukang sepatu menarik nafas: “Sial sekali aku hari ini, satu masalah belum selesai tapi sudah ketambahan yang lain!”
Tetapi tiba-tiba saja wajahnya menjadi cerah: “Ah, aku tahu! Setelah ini mereka pasti tidak akan jatuh lagi ke dalam kotoran sapi…” katanya gembira.
Dengan menggendong sepatu sang raksasa yang besar, si tukang sepatu berangkat mendaki gunung. Setelah sampai dipuncak, ia masuk kedalam gua dan dengan menggunakan kerekan ia turun menuju dasar gua. Ternyata gua tersebut merupakan sebuah tambang dan disana ia bertemu dengan tujuh orang kurcaci. Para Kurcacai berkata :”Akhirnya kamu datang juga! Sekarang, cepatlah bekerja!”
Si tukang sepatu mengangguk. Tetapi di dalam gua tersebut tidak ada bahan untuk dibuat sepatu. Kemudian ia menangkap beberapa ekor tikus dan ular yang banyak terdapat disana. Sungut tikus dipotong dan digunakan sebagai benang, kulit ular sebagai bahan dasarnya dan untuk tali sepatu digunakan ekor tikus. Benar-benar pekerjaan berat. Tetapi dengan cepat, ia membuat 7 pasang sepatu untuk para kurcaci.
Setelah selesai, para kurcaci terkagum-kagum melihat ke 7 pasang sepatunya yang sangat indah. Merekapu berkata: “Dan untukmu? Adakah yang kau inginkan?”
Dengan senang, si tukang sepatu menjawab: “Oh, aku berharap kalian mau membantuku!” kemudian ia mengeluarkan sepatu sang raksasa dari tasnya. “Dapatkah kalian menyihir sepatu ini? Karena…”
“Tentu saja, kami tahu masalahmu.” kata kurcaci tertua. “Nanti kamu akan lihat…!”
Esoknya sang raksasa datang untuk mengambil sepatunya yang sudah diperbaiki. Kemudian ia memakainya dan berteriak: “Ayo sepatuku, lompatlah dan bawa aku pulang!” Tetapi kali ini bukannya 3 lompatan seperti biasanya, tetapi sepatu tersebut melompat 9 kali. Hop, hop, hop, hop, hop, hop, hop, hop, hop…! Sang raksasapun meraung: “Stop. Berhenti! Cukup, sepatuku! Tenang, kataku!”
Ia panic dan berteriak-teriak menyuruh sepatunya untuk berhenti, tetapi tidak dipatuhi! Ia dibawa semakin jauh dan jauh, hingga akhirnya sampai di tengah laut yang dalam, sepatu tersebut berhenti dan ‘plup!’ ia pun terjatuh ke laut dan… tenggelam! Ketika penduduk Saint-Gigot mengetahui hal tersebut, merekapun mengadakan pesta besar-besaran.
Sayangnya sang raksasa masih hidup. Setelah beberapa hari, iapun kembali ke desa lagi. Kali ini ia sangat marah. Ditangkapnya si tukang sepatu dan dimasukkannya kedalam mulutnya yang besar. Terjepit diantara gigi-gigi besar sang raksasa, ia pun berteriak: “Tunggu…, tuan Gros-Tonneau, jika aku dimakan, siapa yang akan memperbaiki sepatumu?”
“Kamu benar!” Kata raksasa setelah berfikir sebentar. Kemudian iapun menurunkan si tukang sepatu. “Aku akan memberimu satu kesempatan lagi, hai tukang sepatu! Tapi jika kali ini sepatuku membuat sial lagi, aku akan menelanmu hidup-hidup!” Setelah itu sang raksasapun pergi.
Kasihan sekali si tukang sepatu. Ketika ia merenung memikirkan jalan keluar, mendadak seorang kurcaci menelponnya lagi dan berkata: “Jika malam datang, kami tersesat. Kami ingin sepatu yang bisa menyala! Datanglah, cepat!” Si Tukang sepatu terdiam sesaat tetapi kemudian wajahnya berubah cerah: “Tak salah lagi, para kurcaci pasti tidak akan tersesat lagi, bila…”
Sesudahnya, ketika duduk di dalam gua para kurcaci, si tukang sepatu bekerja dengan cekatan. Para kurcaci tidak henti-hentinya memberi perintah: “Buatkan kami alas sepatu yang bersinar. Di depan! Juga Di belakang!”
Tukang sepatu memberi sinar kunang-kunang pada alas sepatu mereka di bagian depan dan belakang, sehingga seperti lampu kecil yang bercahaya. Para kurcaci memperhatikan dia bekerja dengan tangan di pinggang sambil mengernyitkan alis mereka.
Ketika selesai, para kurcaci memeriksa sepatu dengan seksama, tetapi mereka tidak menemukan cacat sedikitpun. “Lihat, sepatunya bersinar, luar biasa!” kata seorang kurcaci. “Lalu, apa yang kamu inginkan, wahai tukang sepatu?”
Si tukang sepatu mengeluarkan kembali sepatu sang raksasa dari tasnya. Katanya dengan takut-takut: “Begini, aku perlu sedikit bantuan lagi. Tapi lebih… eh… maksudku sihir yang pertama tidak cukup kuat!”
“Apa?” teriak para kurcaci marah. “Baru kali ini ada orang yang berani menyalahkan sihir kami. Tapi kamu telah membuatkan sepatu yang indah! Baiklah, kali ini kau akan lihat…!”
Ketika sang raksasa kembali keesokan harinya, ia langsung memakai sepatunya dan berkata: “Ayo sepatuku, melompatlah, dan bawa aku pulang!” sepatu tersebut mematuhinya, tetapi setelah itu, bukannya melompat ke depan, sepatu itu malahan membawa sang raksasa terus naik ke atas! Hop, hop, hop, hop…! Sang raksasa berteriak: “Tolong! Stop! Turunkan aku! Berhenti! Aku pusing…!” Tetapi sepatu tersebut tidak mematuhinya dan terus membawanya melewati awan demi awan.
Sejak saat itu, sang raksasa tidak pernah kembali lagi. Si tukang sepatu menjadi pahlawan serta dielu-elukan. Desa kembali meriah dengan pesta dan dansa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar