Jumat, 11 Februari 2011

Mengapa kaki buaya pendek ?

Alkisah, beribu tahun yang lalu, hiduplah seekor naga raksasa berwarna merah. Pada suatu saah, dia merasa bete, segala sesuatu pernah dialaminya, yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Rasanya tak ada lagi tantangan. Dia sudah merasa bosan hidup didunia ini. Tetapi dia tidak mau pergi sendiri. Karena itu dikumpulkannya binatang-binatang lain. Dia berkata kepada mereka: “Bumi ini tidak aman lagi,” katanya. “Manusia akan memburu dan membunuh kita. Dibalik awan sana ada sebuah tempat yang aman dan indah. Kita akan tenteram disana, karena manusia tidak bisa mencapainya. Naiklah kepunggungku. Kuterbangkan kalian kesana.”


Binatang-binatang lain mempercayainya dan berebutan naik ke punggung naga merah. Tidak semuanya tentu. Pasti ada kecualinya. Misalnya singa-singa raja hutan yang sombong itu tak mau dia ikut berdesakan. Pikirnya, sebagai sebagai raja tentulah hina berhimpitan begitu dengan rakyatnya. Lain lagi harimau. Harimau suka pada hal-hal yang mendebarkan dan penuh tantangan. Karena itu harimau tidak peduli akan usul naga merah. Manurut dia, berkelahi dengan manusia, meskipun berbahaya tapi membuatnya puas.

Demikianlah, semua binatang-binatang itupun naik ke punggungnya. Tetapi naga merah segera sadar, tak mungkin dia mengangkut semua binatang itu sekaligus.

“Turunlah sebagian,” pintanya “bebanku terlalu berat. Aku tak kuat bangkit lagi, apalagi terbang ke awan.”

Gajah, yang duduk paling atas, melorot ke arah kuda nil. “He, kamu harus turun, kuda nil. Badanmu mirip karung jerami.,” bentaknya. Mendengar itu kuda nil marah. “Mau menang sendiri ya,” balasnya. “Badanmu sendiri seberat itu. Kau kira dirimu seringan bulu?”

Jerapah tak mau kalah. “Kupikir badak yang harus turun,” katanya. “Dia yang paling berat.”

“Tapi aku yang paling dulu naik’” jawab badak sengit.

“Tidak adil kalau aku yang harus turun. Pokoknya, ………. Aku tak mau turun.”

Buaya juga tidak mau mengalah. Dia melihat ke sekelilingnya.

“Serigala yang harus turun,” katanya. “Semua binatang membencinya.”

Serigala balas membentak.

“Oh, kau pikir kau yang punya paling banyak fans ya. Paling cakep?”

Hanya kupu-kupu yang tetap tenang.

“Aku ikut rombongan kedua saja,” katanya sambil terbang dari leher naga merah.

“Bagus, begitu dong dari tadi,” kata gajah sambil melihat kupu-kupu tadi menjauh.

“Tuh, sudah ada yang turun. Ayo, naga merah, kita berangkat,” kata yang lain.

“Jangan menggerutu terus,” kata buaya.

“Kau sendiri yang mengajak kami. Ayo cepat terbang!”

Naga merah pun menggeliat, mendengus, menggeram mengumpulkan segala tenaganya dan akhirnya terbang. Ketika sampai setinggi pohon, baru dia sadar, bebannya terlalu berat.

“Wah, berat sekali!” katanya. Pasti dia akan terjerembab! Apa akal?

“Aku terpaksa harus menjatuhkan penumpang dipunggungku ini. Tentu mereka akan marah, tapi apa daya?” batin naga merah setengah putus asa.

Diapun menggoyang-goyangkan punggungnya, dan berjatuhanlah binatang-binatang itu dengan berbagai pekik, raungan dan umpatan. Untung jatuhnya di rerumputan, jadi tidak ada yang terluka.

Memang tidak terluka sih, namun akibatnya fatal! Bagaimana mereka jatuh ke tanah, telah membuat perubahan permanent bentuk tubuh binatang-binatang itu, yang sampai kini bisa kita lihat.

Simaklah ini, buaya jatuh pada keempat kakinya. Kaki-kaki itu mengkerut jadi pendek sekali. Gajah menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya kuat-kuat, akibatnya hidungnya jadi panjang sekali. Moncong kuda nil terperosok kedalam Lumpur, jadi melebar. Bukan cuma itu, segumpal Lumpur menutupi matanya. Matanya jadi sipit. Leher jerapah terjepit dua batang pohon, karenanya jadi panjang dan langsing sekali. Apa lagi? Ular melata cepat-cepat karena ketakutan, dan kehilangan kaki-kakinya. Taring badak menembus hidungnya, berubah menjadi cula. Itulah sebabnya binatang-binatang jadi seperti yang kita lihat sekarang.

Bagaimana nasib si naga merah? Tak ada seorangpun yang tahu persis. Mungkin dia terbang jauh dan tak pernah kembali lagi. Mungkin juga dia kembali ke bumi dan tinggal dalam gua di tengah hutan yang belum terjamah. Suatu saat kelak, mungkin dia akan muncul lagi. Pandanglah langit luas, kalau-kalau bisa melihat seekor naga merah melayang-layang.

3 komentar:

  1. Nongol lagi nih daku
    Salam persohiblogan :)

    Wah gitu toh'
    Oh ya, dah saya tautkan juga

    BalasHapus
  2. kunjungan balik sis.
    btw link dah saya pasang juga. thanks ya :)

    BalasHapus